Teknologi Untuk Melindungi Alam Dan Kebakaran Hutan

Infokuterbit.blogspot.com - Akhir-akhir ini yang paling menyita perhatian beberapa bulan ke belakang adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kebakaran lahan gambut di Indonesia. Sedikitnya ada beberapa orang menderita penyakit dan malah ada yang meninggal akibat polusi udara. Penyakit yang banyak di akibat dari kabut asap kebakaran hutan ini seperti saluran pernafasan.

Membakar hutan adalah cara paling hemat dalam membebaskan lahan perhutanan untuk ditanami kelapa sawit, namun juga paling berisiko. Belum lagi, musim kemarau berkepanjangan pada tahun ini memperburuk keadaan, selain juga mempercepat penyebaran titik kebakaran.



Bagaimana sebaiknya mengelola lahan gambut agar ini tidak terjadi lagi? bahkan Presiden Indonesia Joko Widodo telah menunjuk pihak universitas untuk membantu menemukan solusinya. Para inovator teknologi di Asia Tenggara juga dapat ikut memberi sumbangsih. Baca juga : Apa benar? kabut asap di malaysia dari indonesia

Selain membangun penyaring udara, membuat aplikasi pengukur tingkat polusi, para ahli teknologi harus menciptakan solusi yang dapat mengatasi penyebab masalah ini. Berikut beberapa teknologi yang menjanjikan yang sejauh ini telah digunakan sebagai bagian dari cara melindungi alam dan kebakaran hutan.

1. Pengawas suara

Topher White dari San Francisco mencetuskan ide brilian ini: ia menggunakan ponsel model lawas untuk mengawasi bunyi-bunyian yang ada di hutan. Ponselnya ditenagai oleh kumpulan panel tenaga surya dan disembunyikan di puncak pohon.

Ponsel tersebut dapat diprogram untuk mendengarkan bunyi suatu hewan, namun ponsel yang digunakan Topher dalam proyek Rainforest Connection diprogram untuk mendengarkan bunyi yang tak semestinya ada di hutan hujan. Contohnya gergaji mesin atau percakapan manusia. Alat tersebut kemudian mengirim sinyal ke stasiun pengendali.

Rainforest Connection sukses menjalankan program percobaannya di pulau Sumatera. Keuntungan dari teknologi ini adalah biayanya yang murah. Sayangnya alat ini tidak dapat mencakup area yang luas dan setiap perangkat harus dipasang secara manual.

2. Sensor pintar

Libelium adalah perusahaan asal Spanyol. Perusahaan ini ahli dalam pembuatan sensor pintar yang terhubung dengan perangkat lunak untuk memudahkan pengawasan. Ada begitu banyak aplikasi yang terhubung dengan sistem Libelium.

Teknologi ini pernah digunakan untuk pendeteksi dini kebakaran hutan di Spanyol. Sebagai contoh, sensor tersebut bisa diatur untuk mendeteksi kelembaban, suhu, dan perubahan tingkat CO2 dalam rentang waktu yang singkat. Sistem akan mengirimkan sinyal jika ada perubahan yang signifikan.

Teknologi ini dapat mendeteksi perubahan kecil dan menunjukkan sumber kebakaran dengan sangat akurat. Kekurangan dari teknologi ini adalah setiap sensor harus ditempatkan satu per satu secara manual.

3. Drone buatan sendiri

Jika area yang ingin diawasi tak terlalu luas, pengawasan udara dengan menggunakan drone adalah solusi yang ideal. Masalahnya, drone tidak murah dan tidak selalu mudah didapat di semua tempat.

Conservation Drones, LSM yang berlokasi di Amerika Serikat, membantu para konservasionis membuat drone sendiri serta mengajarkan cara memprogram dan menggunakannya. Ada banyak sekali rencana yang bisa diterapkan dengan drone dalam melindungi lingkungan. Menghitung jumlah sarang orang utan di hutan hujan di Indonesia, pencitraan dengan drone dapat membantu kita memantau wilayah dengan peningkatan suhu panas yang tidak lazim.

Keuntungan drone adalah kita bisa menggunakannya untuk berbagai keperluan. Kita juga dapat segera menerbangkannya untuk mengumpulkan data. Kekurangannya adalah cakupan wilayahnya yang terbatas, karena drone biasanya mengikuti jalur penerbangan yang sudah diprogram sebelumnya. Selain itu, daya tahan baterainya terbatas.

4. Pencitraan satelit yang murah

Perkembangan terbaru yang membuat para aktivis lingkungan hidup tersenyum lebar adalah meningkatnya ketersediaan data satelit beresolusi tinggi terkini. Hal ini disebabkan karena perkembangan satelit mikro generasi terbaru yang dikembangkan oleh perusahaan seperti Planet Labs dan Skybox. Axelspace dari Jepang juga bersaing dalam bisnis ini.

Ukuran satelit mikro bisa sama kecilnya seperti kotak sepatu dan dibawa ke luar angkasa dalam jumlah yang banyak. Alat ini dapat menyampaikan pencitraan keseluruhan planet dengan frekuensi yang lebih sering dan biaya yang lebih murah dibandingkan satelit konvensional.

Pencitraan satelit dapat membantu menganalisa perubahan pada penggunaan lahan dan ruang lingkup hutan, memetakan tingkat kebakaran, atau mencari sumber kebakaran.

Karena volume hasilnya begitu tinggi dan satelit mampu mencakup area yang sangat luas, teknologi tersebut menjadi lebih menarik saat dikombinasikan dengan perangkat lunak penganalisa citra pintar. Perusahaan seperti Descartes Labs yang bermarkas di New Mexico berada di garis terdepan dalam perkembangan teknologi ini.

Nah itulah, beberapa teknologi untuk melindungi alam dan kebakaran hutan yang mungkin bisa di aplikasikan di negara indonesia kita ini. Dan semoga semua teknologi ini bisa setidaknya mengurangi atau melindungi hutan kita dari kebakaran.

Baca juga :

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel